Pahami Cara Berfikir Dosen Mu Sebelum Menulis Tugas Akhir (Skripsi, Tesis dan Disertasi)

Foto Yulhendri
Ilustrasi Pahami Cara Berfikir Dosen Mu Sebelum Menulis  Tugas Akhir  (Skripsi, Tesis dan Disertasi)

Kunci sukses menyelesaikan tugas akhir, baik skripsi, tesis maupun disertasi pahami dulu cara berfikir dosen mu.

Tugas akhir merupakan salah satu proses penyelesaian studi yang membuat lama masa studi mahasiswa. Dan salah satu bagian yang termasuk lama dan harus melalui pengujian adalah menyusun Latar belakang masalah Penelitian. Masalah penelitian merupakan fokus penelitian yang ingin dibahas oleh peneliti dan ingin dipecahkan. Fokus masalah itu berada pada variabel terikat atau istilah lainnya disebut juga variabel endogen atau variabel (Y). Beberapa aturan selingkung atau kebiasaan di beberapa tempat fenomena itu merupakan hubungan antar Variabel bebas (exogen) dengan terikat (Endogen). Misalnya ketika variabel X naik semestinya secara teori variabel Y naik juga tapi dari data yang diamati ternyata variabel Y nya turun. Cara ini mudah dilakukan atau diamati jika kita menggunakan data skunder seperti data yang tersedia di BPS (Badan Pusat Statistik) seperti Variabel ekonomi, secara mudah dapat dibuat grafik antara variabel X dan Y pada seri waktu tertentu dan dapat dilihat kencenderungan datanya. Namun beda halnya kalau peneliti (mahasiswa) mengandalkan data primer maka data itu agak sulit di amati. Maka semestinya pendekatan untuk membaca fenomena itu tidak begitu. Kalau dipaksanakan akan cenderung data studi awal yang dilakukan oleh mahasiswa cenderung dimanipulasi saja. Pada awal penelitian dikatakan bermasalah tapi ternyata setelah dilakukan penelitian semua variabel pada kategori sangat baik semua.

Beberapa kebiasaan selingkung kebiasaannya memecahkan masalah (Variabel Y bermasalah) dengan masalah. Lalu dicari pula variabel X masalah. Padahal dalam paradigma positivisme bahwa masalah Y (Terikat) yang mau diuji itu kebenaran Theori nya. Jadi menyelesaikan masalah dengan teori, bukan menyelesaikan penyakit dengan penyakit. Hubungan kausalitas yang diajukan adalah hubungan teoritis antara variabel bebas terhadap variabel terikat yang menghasilkan hipotesis. Atau dalam bahasa lain sebab akibat antara X dan Y ada pengaruh teoritis. Hubungan itulah yang nantinya akan diuji secara emperis (data) dengan menggunakan alat analisis statistik. Sementara selama ini, sebagian dosen meminta hubungan itu dalam bentuk hubungan masalah dengan masalah sehingga anda (mahasiswa) kalimpungan atau puyeng/atau mumet dibuat permintaan dosen. Karena anda tidak tidak punya alat/instrument yang bisa secara cepat menghubungakan antara motivasi dengan hasil belajar. Ya nggak?. Akhirnya jawaban yang ditulis oleh para pendahulu anda (mhs) adalah hubungan studi awal yang sengaja dibuat-buat, atau direkayasa dengan angket untuk membuat hubungannya bermasalah. Pada hal anda belum melakukan riset tapi anda sudah diminta oleh pembimbing anda untuk menceritakan fenomena dengan hubungan kausalitas itu di latarbelakang.

Contoh kalau kita adopsi theori pembelajaran bahwa ada hubungan positif antara Motivasi belajar dengan pencapaian belajar bisa diadopsi dari teori keprilakuan (Skinner, 1954: McClelland (1961);Badura,1977). Dosen anda akan meminta anda untuk menceritakan fenomena motivasi dan hasil belajar di Latarbelakang, maka anda akan berbulan-bulan mencari motivasi orang/siswa dan hasil belajar. Hasil belajar sudah anda dapatkan dengan nilai rapor, atau nilai UN (ujian nasional) tapi data motivasi dari mana anda akan dapatkan???. akhirnya anda (mahasiswa) akan merekayasa data motivasinya rendah dengan angket sederhana dan ketika nanti sesudah melakukan penelitian motivasi mahasiswa itu data yang diperoleh sangat baik. Kenapa berbeda?......karena data awal itu hanya memaksakan diri rendah karena diminta oleh dosen pembimbing biar variabel exogen itu terlihat masalahnya.

Peneliti menentukan masalah menurut saya tidak perlu dibandingkan atau dikaitkan fenomena itu dengan variabel lain. Peneliti cukup mengamati satu data variabel tunggul dengan bagimana kondisi fenomena atau gejala datanya beberapa periode. Misalnya ketika peneliti sosial ingin mengamati tentang “Pertumbuhan ekonomi” cukup melihat data-data angka perubahan PDRB setiap tahunnya dalam beberapa tahun. Lalu jika kondisinya 1. terjadi penurunan, 2. Lebih rendah dari target yang ditetapkan pemerintah 3. Terjadi fluktuasi, 4. Pertumbuhan lebih rendah dari rata-rata nasional atau lebih rendah dari rata-rata kawasan. Lalu kemudian baru kita rujuk ke-theori. Apa yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi itu naik dan turun. Pertanyaan selanjutnya apa variabel X (exogen) yang kita pilih? Ada beberapa pertimbangan: 1. Pertimbangannya sudah lama tidak ada penelitian sejenis misalnya 20 tahun yang lalu 2. Berbeda-beda hasil risetnya disatu daerah/negara hubungannya positif, di negara lain negatif atau (hipotesis diterima kadang ditolak), nah untuk daerah/negara ini bagaimana? (dalam bahasa lain ini dinamakan juga dengan research gap atau gap theory. Dari mana anda (mhs) bisa mengclaim ini?..anda bisa menggunakan aplikasi Vosviewer atau menggunakan leximancer, Zotero, Mendeley,Publish or Perishdll. untuk membantu memetakan riset yang sedang anda lakukan.

Nah untuk mendalami riset ini sebenarnya kita harus memilih pendekatan atau paradigma riset mana yang kita pakai?. Paling tidak ada 3 paradigma riset utama yang mempengaruhi, metodologi, mempengaruhi teknis analisis, mempengaruhi populasi dan sample dan mempengaruhi teori yang digunakan. Pemahaman tentang Paradigma ini paling tidak tidak membuat mahasiswa yang dibimbing oleh dosen tidak pusing berkelimpungan melalui proses belajarnya. atau kalau kita sebagai mahasiswa mesti memahami dosen pembimbing kita itu, kira-kira aliran pemikiran yang mana yang paling kuat dalam cakrawala berfikirnya. Paradigama tersebut adalah:

Advertisement
POSISI 14
Scroll kebawah untuk lihat konten
1. Paradigma riset Positivisme menekankan perlunya teori yang kuat untuk diuji dengan data emperis kuantitatif dan biasanya disebut pendekatan kuantitatif (data lapangan), dari teori memunculkan hipotesis yang dikonfirmasi dengan data yang diolah dengan statistik dengan berbagai tools yang tersedia seperti Exel, SPSS, AMOS, Lisrel, Smart PLS, Stata, Eviews dan lain-lain. Sekali lagi masalah diuji dengan teori yang mapan. Kita mengambil data lapangan dengan tidak memperhatikan dampak riset kita terhadap subyek yang kita teliti. Peneliti hanya mengumpulkan data lalu kembali ke labor/kampus/kantornya. Tanpa memperhatikan nasib/kondisi responden yang diteliti. Responden akan bertanya-tanya dalam hidupnya, apa lah hasil penelitian mahasiswa yang datang kemaren Ya? anda (mhs) tidak punya keharusan untuk melapor kembali hasil yang anda peroleh ke responden. Kekuatan utama riset ini adalah variabel yang diteliti bisa mengistimasi/memprediksi

Tokoh-tokoh yang mengembangkan : Auguste Comte (1857); Émile Durkheim (1917); Francis Bacon (1626); John Stuart Mill (1873)

2. Paradigma Riset Constructivsm beda halnya dengan positivisme, constsruktivism menekankan pada bagaimana merubah objek atau subyek yang kita teliti. Peneliti ini merubah mindsetnya, merubah perilaku yang diteliti, merubah keterampilan dan membangun pengetahuan dari kedalaman makna dari penelitian itu. Pendekatan ini menggunakan pendekatan data kualitatif berupa narasi, ucapan, ungkapan, penyataan dan kondisi perubahan dari subyek yang kita teliti. Pendekatannya kita datang ke tempat penelitian kita tidak dalam masa satu (1) dua (dua) hari, tapi bisa beberapa masa. Pendekatanya lebih partisipatif, kita tidak hanya mencari key informan, tapi bisa dalam bentuk partisipatory riset dengan pendekatan Fokus group diskusi, face to face, menyusun rencana bersama dan lain-lain. Masalah penelitian memfokuskan pada satu masalah yang ingin diselesaikan. Penelitian konstruktivism bertujuan untuk merubah paradigma, cara pikir, atau keterampilan responden/subyek yang diteliti. Misalnya pada penelitian tindakan kelas: Peneliti ketika melakukan observasi ke kelas belajar, melihat ada masalah dalam proses pembelajaran misalnya siswa lambat menangkap makna pembelajaran, atau siswa cepat lupa dengan materi pembelajaran. Maka kemudian peneliti mencari solusi atas masalah tersebut dengan melakukan observasi, perenungan dengan membaca referensi dan melakukan refleksi dalam kelas dan menyusun rencana aksi bersama antara guru dan siswa. Proses siklus tersebut direkam, dicatat dan dianalisis oleh peneliti menjadi sebuah temuan penelitian. Atau seorang peneliti pergi berkunjung ke lapangan dalam melakukan RPA (Rapid Rural Apraisal) atau (Particapatory Rural Apraisal) untuk menentukan masalah dan kebutuhan warga desa dalam satu bidang kehidupan misalnya sektor pertanian desa, atau kesehatan masyarakt desa, atau infrastruktur desa. Peneliti merupakan fasilitator bukan menggurui apa masalah desa, tapi menemukan secara bersama masalah dan kebutuhan masyarakat desa untuk didiskusikan secara bersama. Mereka belajar bersama dan membangun atau mengkonstruksi pengetahuan bersama dari berbagai latarbelakang mereka. Belajar bersama itu lah yang dilakukan dalam penelitian ini. Kekuatan utama Riset ada pada Pemaknaan.Tapi ada juga penelitian kualitatif tapi kemudian diakali dengan pendekatan quantifikasi dengan menggunakan skala tertentu, kelemahannya ia tidak bisa memprediksi perilaku dan kondisi masa depan, tapi hanya memudahkan dalam melakukan analisis dan inilah yang berkembang dan diclaim sebagai menjadi penelitian kuantitatif namun substansinya hanya melihat kecenderungan perilaku, tidak bisa memprediksi sebagai salah satu kekuatan penelitian kuantitatif. Beberapa aplikasi untuk penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan Nvivo, MAXODA, ATLAS.ti

Beberapa ahli yang merintis dan menyebarkan pemikiran ini adalah :

BANNER 3
Bagikan

Opini lainnya
BANNER-4
Terkini